Trauma yang masih
sering terjadi tentang kejadian gempa bumi di jogja masih terasa. Trauma
tersebut di tandai dengan masih adanya sebagian warga yang memilih untuk
mendirikan rumah setengah permanen atau sering disebut rumah bambu. Yaitu suatu
bangunan yang setengah permanen yang sebagian besar bahan terbuat dari
bambu. Dengan adanya bangunan tersebut
tandanya bagi warga masih bernaung rasa trauma yang mendalam tentang adanya
suatu gempa. Mengapa para warga memilih rumah setengah permanen sebagai
alternatifnya? Karena dirasa bangunan tersebut berbahan yang aman dan ramah
lingkungan, dan biaya pun pun tergolong murah. Disamping itu bahan dasar masih
bisa mencari di sekitar petarangan rumah mengingat kondisi gempa terjadi di bantul,
yogyakarta dan mayoritas menyerang di pedesaan. Sebelum bantuan dari pemerintah
turun, warga membuat rumah tersebut sebagai hunian sementara bagi mereka.
Walaupun dirasa kurang nyaman tetapi mungkin untuk sebagian warga hal tersebut
dirasa tepat.karena bahanya yang cenderung ringan. Walaupun demikian banyak
sekali yang sampai sekarang masih mempertahankan bangunan tersebut dan masih
menempati di dalamnya. Dengan alasan keamanan. Jikalau suatu saat ada gempa
bisa langsung keluar rumah dan langsung lari keluar, dan jikalau ketimpa
reruntuhan, bahan yang ada hanya menggunakan bambu dan sedikit anam-anam an
getepe atau orang jawa bilang gedheg. Yang berbahan dasar bambu juga. Hingga saat ini 30persen penduduk masih ada
yang memperthankan kondisi tersebut dengan tetap memperbaiki cindera mata
berupa rumah setengah permanen yang di buatnya. Kondisi tersebut berangsur
angsur membaik sampai pada akhirnya sudah banyak pula warga yang sudah
mempunyai bangunan permanen/ rumah jadi, yang sudah mulai kembali bangkit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar